Setelah berhasil melakukan penggusuran puluhan pemukiman di Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (1/9/2016), sejumlah pejabat Pemprov DKI berselfie ria dengan wajah sumringah.
Dalam foto tersebut terlihat sejumlah pejabat mengenakan baju dinas Pemda DKI dan seragam Satpol PP seakan bangga karena sudah meratakan rumah warga dengan tanah.
Direktur Centre for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi mengatakan, aksi para pejabat Pemprov DKI tersebut menunjukkan bahwa mereka puas telah menghabisi rakyat miskin.
“Senyum dan tawa mereka memperlihatkan bahwa rasa kemanusiaan mereka sudah hilang. Hati mereka sudah mati sehingga tidak punya belas kasihan lagi,” kata Uchok saat dihubungi, Jakarta, Kamis (1/9/2016) malam.
"Senyum puas penuh kebahagiaaan tergambar jelas di wajah mereka setelah "sukses" menghancurkan rumah warga di Rawajati, Jakarta Selatan.
Tak peduli jerit tangis wanita, anak-anak, dan org tua. Yg penting titah atasan terlaksana: ROBOHKAN.... HANCURKAN !!!
Terbayang ucapan selamat dan senyum sumringah, syukur-syukur bisa naik jabatan, dari sang atasan yg saat ini sdg tertawa-tawa di balai kota.
http://www.tajuk.id/read/tribunnews/ahok-tertawa-dengar-ratna-sarumpaet-dan-syarif-ikut-penertiban-rawajati
Padahal kita baru saja merayakan 71 tahun kemerdekaan bangsa. Tapi kini seorang veteran pejuang kemerdekaan, Letkol (purn) H. Ilyas Karim, harus ikut terusir dari rumahnya meski dulu ia turut berjuang mengusir penjajah.
http://m.okezone.com/read/2016/09/01/338/1478519/ikut-kena-gusur-pejuang-kemerdekaan-ini-merasa-kembali-
Aparatur penindas rakyat senantiasa ada di sepanjang zaman. Sejarah kita mencatat istilah 'opas' untuk pribumi yg menjual dirinya ke penjajah belanda dan digunakan utk menindas rakyat.
Aparatur penjilat penguasa senantiasa ada di sepanjang zaman. Al-Qur'an mencatat nama haman, birokrat dan tim sukses proyek mercusuar fir'aun, si penantang Tuhan yg akhirnya ditenggelamkan bersama semua bala tentara (satpol PP) nya.
Mental-mental opas dan haman inilah yg menghiasi wajah aparatur birokrat pemprov DKI (sebagaimana gambar), hingga mereka bisa tertawa lepas diatas derita rakyat.
Yang juga turut menjadi keprihatinan kita adalah lemahnya (jika tidak ingin dibilang lalai) peran advokasi partai-partai politik di Jakarta.
Padahal (hampir) semua partai2 politik di Jakarta mempunyai kepengurusan hingga tingkat kelurahan. Bahkan ada bbrp diantaranya yg mempunyai kepengurusan sampai tingkat RW dan RT.
Tidak bisakah partai politik itu menangkap keresahan warga untuk kemudian menyampaikannya pada jenjang kepengurusan yang lebih tinggi hingga sampai dan diperjuangkan oleh wakil-wakil mereka di parlemen?
Sebagai catatan, penggusuran di Rawajati ini bukanlah kali pertama yg terjadi di Jakarta sejak ahok berkuasa. Sebelumnya warga di Kp. Pulo-Jatinegara (Jakarta Timur) dan Kp. Akuarium-Penjaringan (Jakarta Utara) juga menjadi korban arogansi ahok dan jajarannya.
Artinya.... seharusnya anggota dewan mengetahui wilayah mana saja yg menjadi target penggusuran pemprov DKI berikutnya. Dimana peran control (pengawasan) yg melekat pada diri mereka?
Tidak adakah dari 106 orang anggota yg berasal dari 9 fraksi (10 parpol) di DPRD DKI Jakarta yg bisa menghentikan arogansi 1 orang ahok?
(Saat penggusuran di Rawajati hanya ada 1 orang anggota DPRD DKI yg berada di lokasi, yaitu Syarif dari fraksi Gerindra. Yg lain?)
Sesungguhnya yg lebih dibutuhkan warga adalah peran advokasi dari partai politik untuk membela dan memperjuangkan hak-hak mereka. Bukan sekedar nasi bungkus setelah rumah mereka rata dengan tanah.
Kita berharap mudah-mudahan ini kasus penggusuran warga yg terakhir. Jgn lagi ada jerit tangis dan air mata kaum mustadh'afin yg ditindas penguasa. Dan ini hanya akan terwujud jika partai-partai politik mampu memaksimalkan peran advokasi mrk."
Tak peduli jerit tangis wanita, anak-anak, dan org tua. Yg penting titah atasan terlaksana: ROBOHKAN.... HANCURKAN !!!
Terbayang ucapan selamat dan senyum sumringah, syukur-syukur bisa naik jabatan, dari sang atasan yg saat ini sdg tertawa-tawa di balai kota.
http://www.tajuk.id/read/tribunnews/ahok-tertawa-dengar-ratna-sarumpaet-dan-syarif-ikut-penertiban-rawajati
Padahal kita baru saja merayakan 71 tahun kemerdekaan bangsa. Tapi kini seorang veteran pejuang kemerdekaan, Letkol (purn) H. Ilyas Karim, harus ikut terusir dari rumahnya meski dulu ia turut berjuang mengusir penjajah.
http://m.okezone.com/read/2016/09/01/338/1478519/ikut-kena-gusur-pejuang-kemerdekaan-ini-merasa-kembali-
Aparatur penindas rakyat senantiasa ada di sepanjang zaman. Sejarah kita mencatat istilah 'opas' untuk pribumi yg menjual dirinya ke penjajah belanda dan digunakan utk menindas rakyat.
Aparatur penjilat penguasa senantiasa ada di sepanjang zaman. Al-Qur'an mencatat nama haman, birokrat dan tim sukses proyek mercusuar fir'aun, si penantang Tuhan yg akhirnya ditenggelamkan bersama semua bala tentara (satpol PP) nya.
Mental-mental opas dan haman inilah yg menghiasi wajah aparatur birokrat pemprov DKI (sebagaimana gambar), hingga mereka bisa tertawa lepas diatas derita rakyat.
Yang juga turut menjadi keprihatinan kita adalah lemahnya (jika tidak ingin dibilang lalai) peran advokasi partai-partai politik di Jakarta.
Padahal (hampir) semua partai2 politik di Jakarta mempunyai kepengurusan hingga tingkat kelurahan. Bahkan ada bbrp diantaranya yg mempunyai kepengurusan sampai tingkat RW dan RT.
Tidak bisakah partai politik itu menangkap keresahan warga untuk kemudian menyampaikannya pada jenjang kepengurusan yang lebih tinggi hingga sampai dan diperjuangkan oleh wakil-wakil mereka di parlemen?
Sebagai catatan, penggusuran di Rawajati ini bukanlah kali pertama yg terjadi di Jakarta sejak ahok berkuasa. Sebelumnya warga di Kp. Pulo-Jatinegara (Jakarta Timur) dan Kp. Akuarium-Penjaringan (Jakarta Utara) juga menjadi korban arogansi ahok dan jajarannya.
Artinya.... seharusnya anggota dewan mengetahui wilayah mana saja yg menjadi target penggusuran pemprov DKI berikutnya. Dimana peran control (pengawasan) yg melekat pada diri mereka?
Tidak adakah dari 106 orang anggota yg berasal dari 9 fraksi (10 parpol) di DPRD DKI Jakarta yg bisa menghentikan arogansi 1 orang ahok?
(Saat penggusuran di Rawajati hanya ada 1 orang anggota DPRD DKI yg berada di lokasi, yaitu Syarif dari fraksi Gerindra. Yg lain?)
Sesungguhnya yg lebih dibutuhkan warga adalah peran advokasi dari partai politik untuk membela dan memperjuangkan hak-hak mereka. Bukan sekedar nasi bungkus setelah rumah mereka rata dengan tanah.
Kita berharap mudah-mudahan ini kasus penggusuran warga yg terakhir. Jgn lagi ada jerit tangis dan air mata kaum mustadh'afin yg ditindas penguasa. Dan ini hanya akan terwujud jika partai-partai politik mampu memaksimalkan peran advokasi mrk."
